Ma,

Alphani, Tjia
2 min readOct 7, 2023

Hari ini, mama menginjak usia mama yang baru, 43. Walaupun mungkin mama menolak menua, aku bersyukur aku masih diberi kesempatan untuk merayakan ulang tahun mama. Buatku, mama adalah satu-satunya alasan aku ada di hidup ini; dan satu-satunya alasan aku masih bertahan.

Terima kasih ma, sudah bertahan selama 43 tahun ini. Aku tahu, hidup mama tidaklah mudah. Jika suatu saat aku berkesempatan membuat buku, aku yakin lebih dari setengah buku itu akan bercerita tentang hebatnya seorang gadis desa membesarkan kedua anaknya seorang diri di tempat asing, dengan orang asing, dan tanpa ada seorang pun yang membantu.

Katanya, butuh satu “desa” untuk membesarkan seorang anak. Tapi lihat Ma, mama berhasil membesarkan dua orang anak seorang diri. Mama yang selalu minder terhadap kemampuan dan pencapaian mama, berhasil membesarkan anak mama menjadi mahasiswa berprestasi di dua universitas terbaik di Indonesia; bahkan, satu diantaranya sudah menempuh studi di 3 benua dengan beasiswa penuh. Ma, tidaklah mama lihat betapa luar biasa mama?

Ma, aku ingat ada malam-malam aku lihat mama menangis — akupun menangis melihatmu sedih. Ketahuilah, semua yang aku lakukan hari ini tidaklah lebih dan kurang untuk mengukir senyummu — untukmu bisa berkata, “aku bersyukur aku bertahan.”

Aku selalu ingat momen dimana mama menangis dalam doa. Ah, aku harap aku bisa jadi wanita seperti mama.

Ma, hidup yang lama ya. Bersamai aku dalam setiap fase kehidupanku; karena Mama tahu? Setiap ada orang yang menanyakanku ketakutan terbesarku, aku selalu menjawab “kehilangan Mama.” Aku tahu mama tidak mau hidup terlalu lama, tapi sepertinya lagi-lagi aku mau egois. Tak peduli jika mama harus kehilangan memori mama, kehilangan pendengaran mama, atau kemampuan apapun yang mama miliki — untuk aku tahu mama masih ada di dunia ini saja sudah cukup untukku memiliki alasan untuk punya hari esok.

Mama, anak kecil ini sekarang sudah dewasa. Kali ini, mama boleh jadi apapun yang mama mau. Kejar mimpi mama sejauh yang mama bisa, jadi apapun yang selama ini mama harus kubur karena punya aku. Sekarang, mama punya aku untuk mama bisa lakukan apapun.

Mama, aku senang bisa panggil mama “mama.” Aku merasa jadi manusia paling beruntung di dunia ini karena bisa memanggil wanita luar biasa seperti mama, “mama.”

Ma, cici sayang mama.

Banget.

*ini foto favoritku. Mama dengan gaun pengantinnya yang belum sempat ia punya seumur hidupnya. Ah, bukankah mama cantik sekali? Dan lihat keberanian yang dia punya. Aku ingin jadi Mama.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

Alphani, Tjia
Alphani, Tjia

Written by Alphani, Tjia

a little big dreamer who walks by faith

No responses yet

Write a response